Selasa, 19 Mei 2015

Menemui Tuhanku



M
eyakinkan suatu hal yang mungkin dianggap tak lazim karena sudah menjadi sebuah kebiasaan adalah merupakan tantangan tersendiri bagiku. Kadang aku marah, kadang aku kecewa kadang aku gemetaran bahkan ketakutan. Takut dengan Tuhanku, takut dengan murkaNYA, takut dengan azabNYA. Allahu Akbar...
Sahabatku terkasih, saat aku menuliskan status di FB dan kemudian aku sebutkan nama yang menyampaikan kemudian aku tambahkan tulisan From The Invisible World yang artinya Dari Dunia Yang Tidak Nampak (gaib), semata aku ingin menunjukkan kalau bukan aku yang bicara, aku hanya menuliskan dengan gaya bahasaku sendiri (Indonesia) agar lebih mudah dipahami maksudnya.
Kalau toh ada komentar yang berusaha untuk mendebatnya.. aku jawab sesuai yang aku pahami karena sebelum penulisan sudah dipelajari terlebih dahulu, tujuannya biar aku paham betul dengan apa yang aku tuliskan dan gak sekedar menulis terutama yang menyangkut tentang agama, aku tahu semua orang beragama dan semua pasti juga sudah banyak belajar dan mempelajari tentang agama bahkan mungkin lebih pandai daripada aku sendiri. Kalau aku menyampaikan karena memang harus aku sampaikan.
Begitu pula dengan catatanku From The Invisible World, kisah tak lazim yang aku alami aku tuliskan dalam catatanku, tentu saja bukan terfokus kepada kisahnya tapi maksud  dan pesan dari perjalanan gaib itu, kalau ada yang berpikir aku mengarang cerita (kisah), bisa kamu bayangkan seberapa banyak memori otakku ataupun pengalaman hidupku untuk bisa membuat cerita sebegitu banyak dan beragam.. seorang Einstein saja gak segitunya.. dia hanya mengutak-atik satu keahlian saja, begitu pula kalau aku dibandingkan dengan penulis cerita novel, butuh berbulan-bulan bahkan  bertahun-tahun bagi mereka untuk menghasilkan 1 hasil karya cerita.. sedangkan aku belum genap setahun aku sudah menuliskan kisah pengalamanku lebih dari 100 edisi, dari sinilah logikanya.. bahwa kisah kehidupan gaib yang aku tuliskan memang benar-benar aku alami dan bukan mengarang.
Sahabatku terkasih, perjalanan gaibku kali ini, aku lakukan selepas Maghrib, seperti biasa meskipun aku datang bulan, berdoa adalah hal yang wajib aku lakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat yang telah diberikanNYA kepadaku dan kepada putriku tercinta.. kudoakan anak-anakku, kudoakan kedua orang tuaku dan semua saudara dan sahabat-sahabatku agar kami semua diberi kemudahan dan kekuatan dalam menghadapi kehidupan ini.
Sesungguhnya kebutuhan akan perlindungan dan kasih yang tanpa batas selalu diinginkan oleh setiap manusia termasuk aku. Hidup sebagai single parent bukanlah tanpa cobaan tapi keyakinanku hanyalah kepada Allah semata. Aku adalah salah satu dari sekian banyak pejuang (manusia) yang sama-sama bertahan untuk hidup dan terus berusaha hingga saatnya aku dipanggil dan selesailah tugas kehidupanku.
Sekarang bagaimana aku mengisi kehidupanku dengan sesuatu hal yang bermanfaat bagi diriku dan juga orang lain, tak lain semata aku ingin mendapatkan bekal amalan sebanyak-banyaknya untuk aku persembahkan kepadaNYA sebagai usahaku selama hidup, bahwa aku tidak menyia-nyiakan hidupku begitu saja (berpasrah) tapi aku berjuang untuk terus mengisi hari-hariku dengan menghadapi banyak tantangan.
Aku bayangkan bila aku sudah mati, tidak ada lagi yang aku kerjakan karena sudah selesai.. cuma menunggu kiamat datang dan kapan datangnya aku juga tidak tahu.. pasti bosan sekali menunggu.. jadi senyampang masih hidup aku ingin membuat sejarah manis dalam kehidupanku meski terkadang berasa pahit, tapi aku yakin suatu saat aku akan mengenangnya sebagai masa-masa perjuangan hidupku dalam mencari dan menemukan Tuhanku. Tuhan yang telah menciptakan aku dan memberiku segala karunia yang tak dapat kuingkari bahwa hanya Tuhanlah aku mengabdikan hidupku.
Kembali ke perjalanan gaibku, selesai aku berdoa, sahabat gaibku menggandengku keluar dari tempat aku biasa berdoa, sesampai di luar.. dari arah langit.. seekor Naga yang sangat besar menukik ke arah kami, aku sudah mengenalnya beberapa waktu lalu (tapi aku tidak menuliskannya), dia dewa yang berwujud seperti ular raksasa tapi memiliki telinga dan tanduk kecil juga memiliki kaki-kaki dan duri-duri dipunggungnya.
Dewa Naga aku memanggilnya, tetesan air matanya yang menyerupai kapsul bening pernah diberikannya kepadaku, air mata yang keluar dari mata kanannya dimintanya untuk diusapkan ke wajahku sedangkan air mata dari mata kirinya dimintanya agar aku meminumnya. Meskipun aku tidak tahu apa maksudnya tapi untuk menghormati sahabat gaib yang baru aku kenal, pastinya aku akan menurut saja.
Seketika Naga itu membawa kami dengan menaiki punggung (dekat kepalanya) dan menembus langit.. aku berteriak kegirangan merasakan asyiknya menembus awan dengan kecepatan tinggi lengkap dengan rasa dinginnya. Hingga Naga itu telah membawa kami keluar dari bumi. Naga itu berhenti seketika dan kami meluncur turun melalui punggung hingga ekornya, kamipun berdiri dalam posisi melayang.
Naga itu sempat berpesan, "Kamu adalah seorang yang pemberani dan kamu tidak akan takut pada apapun selain kepada Tuhanmu, jadi apapun hal yang dilakukan manusia sepertimu janganlah membuatmu merasa takut karena kamu seorang pemberani".
Naga itupun melesat pergi meninggalkan kami.. akupun memeluk sahabatku.. tiba-tiba ada sesuatu yang aneh kulihat dari langit itu.. langit yang jauh dari bumi bahkan dari planet yang paling jauh sekali.. kulihat bumi hanya seperti titik hitam saja.
"Sesuatu" yang sangat besar dan membuatku merinding, aku tercekat ketakutan, mulut dan tenggorokanku terasa kering, ku toleh sahabat di sebelahku tapi dia sudah tidak ada lagi di sampingku, di belakangku bahkan dimanapun.
Aku berdiri tegak mematung sementara kedua kakiku bergetar.. aku tersimpuh juga karena ketakutan. Kuletakkan tongkatku tanpa daya.. aku tidak berani menatap terbelahnya langit di depanku. Hatiku terus menerus berdoa menyebut namaNYA. Allahku lindungilah hambaMU ini, apakah gerangan yang ada di hadapanku. Aku terus bertekuk.. menunduk sedalam-dalamnya.. jangankan untuk melihat, melirikpun aku takut.
Kuangkat wajahku tapi kembali aku menunduk. Aku mulai menangis.. aku tak tahu kenapa aku harus menangis dan apa yang aku tangiskan.. aku hanya berurai air mata. Sekujur tubuhku bergetar dan aku kedinginan, tapi kutahan rasa itu dan terus menunduk.
Hingga suara itu mengagetkanku, "Maya, kamu tahu apa tugasmu di dunia?".
Kujawab dengan terbata-bata, "Aku hanya bertahan untuk hidup, aku bekerja, aku belajar, aku mengerjakan tugas-tugasku dalam keseharian dan aku berbuat itu untuk diriku, untuk anakku dan untuk semua sahabat-sahabat dalam hidupku".
Suara dari arah langit terbelah itu bertanya lagi, "Apa yang kamu lakukan untuk Tuhanmu?"
"Aku menyampaikan pesan dari sahabat-sahabat gaibku, selain itu aku menolong orang yang membutuhkan pertolonganku, hanya itu yang bisa aku lakukan karena aku tidak tahu apalagi hal yang harus aku kerjakan", jawabku ragu karena takut jawabanku salah.
"Apakah kamu mengeluhkan dirimu dengan tugas-tugasmu?" Tanya suara itu lagi.
Kujawab, "Tidak sama sekali, hanya saja aku sering kebingungan ketika aku menyampaikan pesan gaibku yang sebenarnya sudah dikenali oleh manusia atau orang-orang di sekitar hidupku tapi mereka membantah bahkan menyangkalnya, meski sudah aku katakan bahwa itu dari orangnya sendiri (gaib)".
"Ketahuilah olehmu Maya, manusia itu diciptakan untuk menjalani kehidupan dan tugas-tugas hidupnya dan kelak semua akan mati dan mereka sendirilah yang akan memilih dimana mereka akan memilih tempat terakhir mereka yang telah disiapkan, sejak mula manusia diciptakan dan kalau sampai saat ini manusia itu hanya mengenal Tuhannya sebagai sebuah ajaran (agama), maka tak lama lagi bumi ini akan dihancurkan".
Terkesiap aku melihat bumi terangkat dari pusarannya hanya sebesar kelereng, aku terus menunduk ketakutan.
"Bila manusia sudah tidak lagi mempercayai ajaran yang disampaikan melalui Muhammad, maka sudah tidak ada lagi manusia yang mengimani Tuhannya dan pada saat itu pula bumi dan seluruh isinya akan dimusnahkan".
"Bila manusia membantah semua firman Tuhannya dan berdalih dirinya merasa "Paling" pintar, maka dirinya dan seluruh keturunannya akan dimusnahkan. Kemusnahan bumi ini tidak akan dengan serta-merta tapi secara sedikit demi sedikit yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak lagi memiliki Iman kepada Tuhannya. Hancur sehancurnya tanpa sisa yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri karena masing-masing merasa "Paling" kuat dan digdaya untuk menghancurkan yang lainnya".
"Neraka tidak hanya diciptakan dan disediakan tapi Neraka juga bisa ada ketika manusia sedang sibuk berebut mencari "anggapan" dan bumi ini bisa menjadi Neraka bagi orang-orang yang telah ingkar kepada Tuhannya".
"Dajjal itu adalah manusia yang menjadi iblis. Bukan iblis yang menjadi manusia, perumpamaan iblis akan berwujud manusia itu tidaklah benar, manusia itu sendirilah yang menyarukan dirinya sebagai utusan (seorang yang suci) tapi dia meracuni hamba Tuhannya yang lain untuk tidak lagi mempercayai ajaran-ajaran Tuhannya, firman-firman Tuhannya bahkan sabda nabinya".
"Mereka hanya menganggap dirinyalah Tuhan itu dan dirinyalah yang pantas disebut sebagai Tuhan atau bahkan orang yang suci, padahal mereka tahu tidak ada Tuhan selain Allah dan telah dijanjikan, barang siapa membuat kehancuran di muka bumi ini (manusia), maka dirinya akan dihancurkan seluruhnya tanpa dihisab (diadili) dan azab itu tidak hanya diberikan di akhirat tapi juga di dunia".
"Manusia yang tidak Iman (percaya dengan Tuhan), percaya dengan gaib, percaya dengan malaikat dan percaya dengan Rasul-rasulnya, percaya dengan ketetapan-ketetapan Tuhannya, maka manusia ini sudah bukan lagi seorang manusia tapi sudah menjadi iblis yang menjadi musuh utama Tuhannya".
Tak ada lagi kata yang terucap di bibirku, yang menjadi kelu, aku terdiam, terpaku dan tak tahu harus berkata apa.. Kucoba mengangkat wajahku dan kutatap langit yang terbelah itu dengan takjub.
"Pergilah, sampaikan pesanKU pada semua manusia dan jangan pernah kamu ragu lagi", suara itu menjauh dan langitpun kembali tertutup... hitam.. gelap.. dan dingin... tiba-tiba aku sudah berada di atas punggung Naga itu dan sahabatku sudah berada di belakangku, memegangi tubuhku yang gontai kedinginan.
Sesampai di rumah sahabatku membungkus tubuhku dengan selimut.. akupun mulai menangis sebisaku.. parau dan sakit. Sahabat-sahabat gaibku hanya mengelus rambutku dan memintaku untuk beristirahat.. hingga aku kembali segar dan kutuliskan pengalamanku tadi.
Sahabatku terkasih, kalau saja dapat aku gambarkan secara nyata pengalaman gaibku, entah itu dengan di ambil gambarnya atau videonya, ingin rasanya aku tidak kehilangan moment paling berharga dalam sejarah hidupku. Tapi aku hanya bisa bercerita dan menyampaikan saja secara tulisan.
Alangkah sedihnya bila aku harus melihat sahabatku yang hebat dan pintar dalam agama tapi dirinya tidak memiliki iman sedikitpun di hatinya tentang Tuhan bahkan mengingkariNYA. Kubayangkan kesakitan bathinnya di dunia karena Tuhan hanyalah menjadi sebuah simbol dan huruf belaka tanpa bermaksud mempercayaiNYA. Kubayangkan seumur hidup dirinya dalam ketakutan karena dirinya telah mengingkari ajaran-ajaranNYA bahkan semua yang telah difirmankan Tuhan.
Hanya Engkau Allahku yang Maha Suci lagi Maha Pemaaf, berilah kami semua hidayahMU, berilah kami petunjukMU agar kami tak sesat dan tersesat jauh dari ajaran-ajaran yang kami anggap benar tapi malah menjauhkan kami dariMU. Sungguh kami hanyalah manusia yang menginginkan kebaikan dan berbuat baik semata hanya untukMU, bila kami salah, hukumlah kami dengan memberi kami peringatan agar kami bisa sadar dan insaf dan memperbaiki kesalahan yang telah kami perbuat.
Maha Suci Engkau Allahku dengan segala FirmanNYA.
Salam damai sahabatku, kasihku untukmu semua.
Hanya kepadaNYA kita akan kembali dan percayalah Tuhan itu Maha Tahu dari apa yang manusia tidak ketahui.

PERJALANAN GAIBKU TENTANG RAJA DAN RATU GANGGA



B
ila saat ini seringkali kita mendengar berita tentang pertikaian, memperebutkan lahan, ketidak percayaan kepada pemerintah, perang antar warga, hingga munculnya kelompok-kelompok yang mencoba membuat doktrin dengan mengatas namakan agama dan mereka secara terselubung membentuk kekuatan untuk membuat negara baru di dalam negara Indonesia kita tercinta ini.
Entah apa yang menjadi alasan bagi kaum ini ketika dirinya merasa seolah-olah tidak tinggal di sebuah negara yang beragam budaya dan agama, tapi mereka memaksakan idealisme mereka untuk menjadikan orang lain yang tidak sama menjadi sama seperti mereka. Semoga Allah selalu melindungi negeri kita dari orang-orang yang khianat.
Sahabatku terkasih, meneruskan kisah perjalanan gaibku pada edisi sebelumnya, kali ini aku ditemui seorang lelaki dan perempuan, berbusana kebesaran seperti raja dan ratu. Aku menatap mereka satu persatu sambil menyambut dan menjabat tangan mereka berdua. Aku mencari tempat yang nyaman untuk bicara dengan mereka, selembar kain yang cukup lebar terhampar di atas tanah bebatuan yang aku pijak cukup untuk dijadikan alas bagiku dan kedua tamuku.
"Ayo, kita duduk disini saja", kataku sambil mempersilahkan mereka duduk.
 "Maaf, kalian ini siapa?" Tanyaku.
Lelaki dengan mahkota di kepalanya dan wajah yang mirip orang India itu bersuara, "Aku adalah Raja dan ini permaisuriku".
"Oh", jawabku singkat.
Raja itu melanjutkan bicaranya," Aku datang dengan istriku untuk menceritakan pengalaman hidupku agar kamu sampaikan kepada semua sahabat-sahabatmu yang saat ini masih hidup".
Aku tersenyum, "Silahkan, aku akan mendengarkan".
"Dahulu sekali, aku terlahir sudah menjadi keluarga kerajaan, seluruh rakyat menyembah kepada Rajanya secara turun temurun. Hingga akhirnya aku juga menjadi Raja menggantikan ayahandaku. Seperti biasa seluruh rakyatku bila ingin datang menemuiku, mereka harus menyembah dan mencium kakiku termasuk pengawal dan semua yang ada di istana. Begitu pula dengan istriku yang menjadi permaisuri".
Raja itu menghela nafas dan kembali bercerita, "Hingga pada suatu hari, seorang budak datang untuk menemuiku, budak ini langsung menghampiriku dan bersujud di kakiku, tapi dia tidak mencium kakiku, kedua telapak tangannya diletakkan di atas kakiku dan dia mencium tangannya sendiri, aku menjadi murka, kusuruh pengawal menyeret budak itu keluar dan menghukum mati dirinya, budak itu telah menghinaku".
" Pada malam harinya aku bermaksud untuk berkeliling dan mengamati keliling istana. Ntah kenapa tiba-tiba dari atas teras istana, tubuhku jatuh deras ke bawah yang terdapat banyak batu-batuan yang runcing. Aku terjatuh dengan kaki dan tangan jatuh terlebih dulu, hingga kedua kakiku patah dan remuk juga kedua tanganku. Aku berteriak kesakitan dan tak sadarkan diri.
"Dalam keadaan tidak sadarkan diri, aku sering mendengar suara yang berbicara padaku yang mengatakan bahwa, aku bukan Tuhan, aku hanyalah manusia biasa yang derajatku sama dengan rakyatku, tak seharusnya aku bersikap kejam dan menTuhankan diriku sendiri, karena seluruh manusia dan semua yang ada di bumi ini adalah milik Tuhan termasuk istana dan isinya. Tuhan telah menghukumku dengan membuat diriku tak lagi memiliki kaki yang selalu dicium ketika semua orang yang menurutku derajatnya di bawahku menyembahku".
"Berapa minggu kemudian aku sadarkan diri dan mendapati diriku sudah kehilangan kaki dan tanganku, tapi aku sudah tidak ingin menangis atau menyesali lagi apa yang telah menimpa diriku, kutinggalkan istana dengan gerobak kecil yang didorong istriku, seluruh harta bahkan pakaian kebesaranku aku tinggalkan. Aku mengemis bila aku lapar selama di perjalanan, tak jarang aku diludahi oleh rakyatku sendiri karena mereka hanya melihat seorang lelaki cacat yang berpakaian kumal dan ditemani seorang perempuan yang juga berpakaian sama seperti mereka".
"Hingga aku menemukan tempat untuk tinggal di pinggiran sungai yang sangat besar, jernih dan sejuk. Hutan di dekat sungai itulah aku banyak menyampaikan pesan Tuhan kepada istriku tentang apa yang aku alami di saat aku tidak sadarkan diri".
"Hari berganti hari, istriku terus mendampingku dan hingga akupun meninggal dunia, pesanku kepadanya agar dia kembali ke istana dan menyampaikan agar siapapun yang menjadi Raja tidak lagi diperkenankan untuk disembah apalagi sampai mencium kakinya, meskipun dia seorang raja".
Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, kulirik permaisuri cantik di sebelahku yang hendak melanjutkan cerita suami tercintanya, dia membetulkan duduknya, "Sejak suamiku meninggal dunia, aku melarungkan mayatnya di sungai itu, aku sangat mencintainya, apalagi sejak dia banyak mengajarkan aku tentang Tuhan."
"Aku kembali ke istana yang sudah lama aku tinggalkan, ternyata belum ada seorangpun yang menggantinya sebagai Raja, dan pada saat itu Paman Patihlah yang menggantikannya meski beliau sudah sangat tua".
"Akhirnya aku menggantikan suamiku dan menjadi Ratu. Sejak saat itu, aku tak pernah lagi duduk di atas kursi raja, tapi ruang tamu aku buat dengan kursi yang sama rendahnya, dan tamu-tamuku tak lagi duduk bersimpuh di bawah, sementara aku di atasnya tapi semua harus duduk di kursi".
"Pengawal istana ataupun dayang tak lagi bekerja menjaga istana seharian. mereka berjaga secara bergantian, selebihnya mereka bekerja sendiri untuk keluarganya dengan menjadi petani atau peternak".
 "Upeti atau pajak aku minta tidak lagi dibayar dengan memaksa tapi dengan keikhlasan rakyat sendiri".
"Istana yang semula sering disatroni pencuri, sejak itu tidak pernah ada lagi, karena aku tak pernah mengenakan perhiasan, ataupun pakaian kebesaran layaknya seorang Ratu, istanaku aman karena dijaga secara suka rela oleh rakyatku".
"Pada hari-hari tertentu aku mengajak mereka untuk mengenal Tuhan, dengan melakukan kebaikan, menyayangi sesama dan juga semua makhluk ciptaan Tuhan, aku memberi contoh kepada mereka untuk menyayangi binatang, seringkali aku memandikan sapi di sungai tempat aku dan suamiku pernah tinggal".
"Aku tidak mengizinkan mereka membunuh binatang yang tak berdosa, aku minta mereka untuk memakan hasil dari ternak itu saja seperti susu yang diolah menjadi makanan".
"Aku diberi umur lebih lama dari suamiku, aku masih hidup hingga 50 tahun sejak kematiannya dan aku bisa melihat bagaimana rakyatku lebih mengenal dan meyakini adanya Tuhan dan menjaga kasih sayang di antara sesama karena sesungguhnya derajat manusia di mata Tuhan sama. Kuminta kepada rakyatku juga memelihara alam agar selalu terjaga kelestariannya seperti yang diajarkan suamiku".
"Hingga saat ini sungai itu masih dijadikan tempat bagi rakyat di negeriku untuk melakukan upacara-upacara keagamaan dan untuk mengenang diriku dan suamiku, meski aku tak pernah meminta mereka untuk seperti itu".
"Bagiku semua manusia itu hanyalah berbuat kebaikan untuk Tuhannya, menjaga segala ciptaanNYA sama dengan menjaga hatinya".
"Tuhan itu Maha Adil dan Maha Bijaksana, aku bersyukur telah diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dan kesalahan yang telah dilakukan suamiku dan juga leluhurnya untuk mengingat bahwa Tuhanlah yang mengatur segala kehidupan manusia di dunia dan Tuhan tidak pernah membeda-bedakan, meskipun demikian masing-masing manusia memiliki perannya sendiri-sendiri, apakah dirinya menjadi pemimpin atau orang yang dipimpin".
"Seorang pemimpin sudah sepatutnya untuk menjaga perbuatan dan perkataannya agar rakyatnya tidak kebingungan bahkan ketakutan, seorang pemimpin harus bijaksana dan adil karena amanah".
"Tuhanlah yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin maka seharusnya pemimpin ini harus memimpin sesuai dengan ajaran-ajarannya dan mengajak semua rakyatnya untuk mengenal dan menemukan Tuhan, agar dirinya beserta rakyatnya senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa"
Cerita mereka usai sudah, aku mengucapkan terimakasih atas kehadiran mereka, Raja dan Ratu yang menjadi saksi atas Kuasanya Tuhan. Terimakasih sahabatku terkasih
Salam damai sahabatku, kasihku untukmu semua
Tiada satupun manusia yang bisa menjadi Tuhan dan bila ada manusia yang berusaha untuk mengingkariNYA, maka seketika Tuhan akan mengingatkan hamba-hambaNYA. Allah Maha Pengasih dan Penyayang juga Maha Pemaaf, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa
Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba yang beriman hanya kepada Allah semata. Amin.