Selasa, 19 Mei 2015

PERJALANAN GAIBKU DENGAN ISA UTUSAN TUHAN DAN PESANNYA UNTUK PENGIKUT-PENGIKUTNYA



M
alam ini mungkin untuk sebagian orang sama seperti malam-malam sebelumnya, tetap sama.. gelap.. sunyi.. kalau toh ada suara-suara.. tetap tidak akan membuat malam ini menjadi seramai seperti di siang hari.
Sahabatku terkasih, perjalanan gaib yang baru saja aku alami, membuat diriku terdorong untuk segera menuliskannya, setiap orang pasti punya rencana untuk hari esok tapi kapan maut akan datang menjemput, pastinya kita tidak akan pernah tahu. Aku tidak ingin, pesan yang disampaikan dalam perjalanan gaibku tertunda karena bila tiba-tiba Tuhan memanggilku, maka aku akan sangat menyesali karena tak sempat menuliskan kisah pengalaman gaibku kali ini.
Seperti malam-malam sebelumnya bila hendak melakukan perjalanan gaib, sahabat-sahabat gaibku selalu memintaku untuk bersuci terlebih dahulu dan menghadap Allah tapi ketika aku sudah siap sholat tiba-tiba di hadapanku ada sebuah patung berwarna putih yang tingginya melebihi tinggi badanku. Aku seperti mengenal patung dengan wajah penuh kasih itu tapi karena patung itu menghadap tepat di depanku, aku meminta sahabat gaibku untuk memindahkan patung itu dari hadapanku.
Selesai berdoa, aku berjalan ke arah patung itu berada, tiba-tiba tangan patung itu memegang pergelangan tangan kiriku  dan kemudian tangan kananku. Patung itu mengangkatku tinggi-tinggi terbang keluar dari tempat aku biasa berdoa. Hingga berada di tanah yang lapang.
Patung itu masih memegangi tanganku dan aku berteriak, "Kalau saja kamu memegangi pinggangku, mungkin tanganku gak pegal bergelantungan seperti ini".
 Patung itu terus mengayun-ayunkan tubuhku ke langit, hingga tubuhku berputar-puta, setiap mau jatuh dia menahan tubuhku dan terus melemparku ke atas. Pusing rasanya, hingga aku terjatuh di sebuah tebing yang di bawahnya terdapat lautan yang sangat luas sekali. Patung itu berdiri mematung di belakangku.
Aku berpikir, "Heran ini patung apa orang sih?"
Patung itu diam saja, kuketuk tangannya yang bersikap seolah dia sedang menyambut seseorang dengan kedua tangannya..tuk..tuk...mmm "Patung beneran nih", pikirku.
Setahuku patung yang dibuat oleh manusia hingga menyerupai manusia beneran, seringkali dijadikan tempat tinggalnya jin, apalagi untuk patung yang umurnya sudah sangat tua dan tidak pernah disentuh manusia, sudah pasti patung itu dijadikan raga bagi jin.
          Aku sering melihat patung ini di tempat-tempat suatu kaum yang sedang beribadah, patung yang merupakan karya seni yang sangat sempurna, tapi kaum itu memujanya.
Sempat aku berpikir dulu, "Patung kok disembah, bukannya itu hanya sebuah patung dan kenapa mereka menyembahnya, bukankah kita hanya diwajibkan menyembah Tuhan saja dan bukan kepada patung?".
Kupegangi patung itu kuat-kuat dan kudorong dari belakang kemudian aku terjunkan patung dari atas tebing, "Maaf patung, aku tidak menyembah kamu, apalagi jin yang ada di dalam tubuh tanahmu itu. Aku hanya menyembah Tuhanku dan Tuhanku tidak nampak tapi aku percaya Dia ada dan selalu bersamaku".
Ketika aku berbalik, ternyata sahabat gaibku yang menyerupai patung itu sudah berdiri di belakangku, "Ih, kamu ngagetin aku aja".
Sahabatku menatapku lekat-lekat dan berkata, "Masih ada yang harus kamu buang, selain patung itu".
"Apa yang harus kubuang?" Tanyaku.
 "Itu!..", sahabatku menunjukkan beberapa kalung yang berjejer di tanah bebatuan tepat di depanku. Aku mengamati kalung itu, sebuah kalung seperti tanda T.
"Kenapa aku harus membuangnya?" tanyaku.
"Benda itu telah diyakini sebagai ajimat seolah bisa melindungi mereka, padahal seharusnya mereka harus meminta perlindungan kepada Tuhan dan bukan kepada benda itu" kata sahabatku.
"Aku tahu ini hanya sebuah kalung, tapi setahuku mereka mempergunakan ini sekaligus untuk menunjukkan agama yang dianutnya jadi biar orang tahu dia menganut keyakinan apa" sergahku.
Sahabatku menjelaskan dengan suara tertahan, "Maya, Tuhanmu dan Tuhanku itu sama, begitu pula dengan Tuhan mereka, aku meminta kepada pengikut dan murid-muridku untuk menyembah kepada Tuhan yang aku sembah, sejak dilahirkan aku sudah hidup di dua alam, gaib dan nyata. Dan ketika Tuhan memintaku untuk menyampaikan kepada umatku bahwa Tuhanlah yang menciptakan manusia beserta seluruh alam dan seisinya untuk menyembah kepadaNYA, dengan tujuan semua manusia menyadari bahwa kehidupan ini haruslah dengan kasih sayang dan damai, semata hanya ditujukan kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa, tapi kenapa mereka malah meyakini sebuah kalung seolah di kalung itu terdapat Tuhan mereka, Tuhan itu ada di hati setiap manusia bukan terdapat pada sebuah benda, buanglah!". Tak banyak komentar, kuraup kalung-kalung itu dan kumasukkan ke dalam karung.
"Yang itu juga!" pinta sahabatku lagi.
Sebuah gambar sahabatku dengan pose dirinya sedang berdoa, aku berkomentar, "Ini kan gambarmu, kenapa aku harus membuangnya?"
Sahabatku menjelaskan, "Buang saja, mereka menaruh gambar itu dimana-mana seperti juga patung-patung yang mirip denganku dan ibuku, mereka tidak meyakini bahwa Tuhan itu tidak kelihatan, hingga mereka malah menyembahku dan ibuku, seharusnya kalau mereka memujaku, mereka mengikutiku dengan menyembah apa yang aku sembah dan bukan menjadikanku sebagai Tuhan mereka.. aku mohon padamu buanglah gambar-gambar itu".
Sekali lagi aku juga gak berani membantah, kumasukkan poster-poster yang bergambar sahabat gaibku ini juga gambar ibunya ke dalam karung.
Kembali sahabatku menyuruhku, "Buanglah juga itu!".
Aku mengamati benda itu, benda seperti mangkuk kecil dari logam lengkap dengan bulatan seperti uang logam, penasaran aku bertanya, "Ini apa sih, kok aku gak pernah tahu?".
Sahabatku menjawab," Itu adalah wadah yang biasanya dipergunakan untuk sakramen bila anak yang baru dilahirkan, dinyatakan memiliki sebuah agama dan mereka selalu menyebutkan bahwa anak itu adalah anak Tuhan.
"Maya, Tuhan tidak beranak, aku dilahirkan dari rahim ibuku meski tanpa bapak karena aku memang diciptakan sebagai utusan, kalau pada saat bayi aku bisa bicara ketika mereka bertanya aku anak siapa kemudian aku menjawab bahwa Aku Anak Tuhan, itu semata agar mereka tahu bahwa ada Tuhanlah yang telah menciptakan manusia (bayi) melalui rahim seorang ibu".
"Tapi mereka terus mempercayai bahwa aku adalah anak Tuhan, meskipun itu salah".
Kali ini aku langsung memasukkan mangkuk itu ke dalam karung tanpa disuruh lagi.
"Ok, masih ada lagi?" tanyaku.
"Ya, itu juga kamu buang!" pinta sahabatku tegas.
Hmm..ada dua buah buku kitab, "Ini kan kitabmu, kenapa dibuang juga?.. ayolah shobat, aku tahu ini kitab suci yang dijadikan pegangan bagi umatmu dan hal ini sudah dilakukan sekian ribu tahun yang lalu, coba deh kamu pikirkan lagi, bagaimana sebuah tradisi harus begitu saja dihapuskan karena dianggap salah?!" ucapku setengah gusar.
"Maya, aku tidak merasa membuat kitab-kitab itu. Kitab-kitab itu dibuat oleh murid-murid dan pengikutku ketika aku telah tiada dan yang mereka tuliskan justru mereka membuat umatku malah menjadikanku sebagai Tuhan dan bukan menjadikan Tuhan yang aku sembah sebagai Tuhan mereka. Aku bahkan tidak hafal siapa nama-nama muridku yang dicantumkan di kitab itu, tapi apa yang telah dituliskan mereka adalah kekeliruan yang sangat besar, Tuhan yang kita sembah, bukan aku, apalagi ibuku, buanglah jauh-jauh dan jauhkan itu dari semua umat manusia, hanya Tuhan yang disembah dan Tuhan itu memang tidak nampak ketika semua masih hidup di dunia tapi Tuhan pasti akan ADA ketika kita semua telah mati", jelas sahabatku dengan suara nyaris parau.
Aku mengambil kitab itu dan memasukkan juga ke dalam karung, kuseret karung itu menuju bibir tebing. Tapi aku lupa mengikat karung itu, hingga aku berbalik untuk mencari seutas tali, biar jatuhnya barang-barang itu gak berantakan.
Saat aku berbalik aku melihat sahabatku bersimpuh sambil menangis, aku mendekatinya segera, "Kamu kenapa?.. kamu menyesal dan kamu ingin barang-barang itu tidak jadi dibuang?" tanyaku tak mengerti.
"Buanglah Maya, buanglah segera, aku kesakitan Maya.. aku kesakitan.. mereka menganggap aku adalah penebus dosa mereka hingga mereka bisa berbuat apapun dan aku yang harus menebusnya.. tidak Maya.. tidak.. itu tidak benar.. mereka sendirilah yang harus menebus dan mempertanggung jawabkan semua perbuatan mereka dan bukan aku" sahabatku menangis pilu.
"Aku mohon berjanjilah, kamu akan mengatakan dan menyampaikan ini pada semua umatku, sungguh sebuah kesalahan besar bila mereka malah menyembah seorang manusia yang tidak kekal seperti aku.. aku bukan Tuhan.. aku hanyalah utusan.. aku memang diberi kelebihan bisa menyembuhkan orang sakit dan berbicara dengan orang mati.. tentu saja aku bisa karena Tuhan mengkaruniai aku bisa hidup di dua alam.. tapi aku bukan Tuhan.. aku diutus agar seluruh umat manusia hanya menyembah kepada Tuhan dan bukan kepada utusannya".
"Aku hanyalah manusia biasa yang saat ini aku harus mempertanggung jawabkan kesalahanku telah membuat umatku menjadi menyembahku dan bukan menyembah Tuhanku.. oh Tuhan.. ampunilah aku..", sahabatku terus menangis tersedu, tak sadar aku juga menangis, betapa dirinya sangat merasa bersalah karena niat dan tujuannya untuk menjadikan pengikut-pengikutnya beriman kepada Tuhan, justru menjadikan dirinya sebagai Tuhan.
Aku memeluknya dengan deraian air mata, bisa kurasakan kesakitan dan kepedihan hatinya, rasa malu dan sesal kepada Tuhan yang tak terhingga yang belum bisa ditebusnya hingga detik ini, karena umatnya masih banyak yang menyembah dirinya.
"Katakanlah Maya, katakan pada mereka, kalau mereka ingin berterima kasih padaku atas segala yang aku pernah lakukan sebagai utusan, mintalah kepada mereka untuk menyembah Tuhanku.. Tuhan mereka dan kita semua. Semua akan kembali padaNYA termasuk aku, berjanjilah Maya.. berjanjilah padaku.. aku sudah menunggu sekian lama untuk menyampaikan hal ini agar kesalahan ini dihentikan dan tidak akan ada lagi perbedaan tentang adanya Tuhan".
Aku terkesiap dan hatiku berdoa, "Allahku, bila pesan yang disampaikan sahabatku ini adalah untuk kebaikan bagi semua umat manusia, maka berilah aku kekuatan untuk menyampaikannya, Maha Besar Engkau Allahku, aku hanya berlindung kepadaMU dan meminta kekuatan kepadaMU, ampunilah aku dan semua sahabat-sahabatku Allahku, bila segala kekeliruan terjadi karena tradisi yang telah salah dari awal, sejak utusan ini wafat".
Salam damai sahabatku , kasihku untukmu semua
Tuhan kita hanya Satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, maka kita seharusnya hanya beriman kepadaNYA agar selamat di dunia dan di akhirat nanti. Karena hanya Engkau Allahku yang Maha Suci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar