Selasa, 19 Mei 2015

PERJALANAN GAIBKU TENTANG RAJA DAN RATU GANGGA



B
ila saat ini seringkali kita mendengar berita tentang pertikaian, memperebutkan lahan, ketidak percayaan kepada pemerintah, perang antar warga, hingga munculnya kelompok-kelompok yang mencoba membuat doktrin dengan mengatas namakan agama dan mereka secara terselubung membentuk kekuatan untuk membuat negara baru di dalam negara Indonesia kita tercinta ini.
Entah apa yang menjadi alasan bagi kaum ini ketika dirinya merasa seolah-olah tidak tinggal di sebuah negara yang beragam budaya dan agama, tapi mereka memaksakan idealisme mereka untuk menjadikan orang lain yang tidak sama menjadi sama seperti mereka. Semoga Allah selalu melindungi negeri kita dari orang-orang yang khianat.
Sahabatku terkasih, meneruskan kisah perjalanan gaibku pada edisi sebelumnya, kali ini aku ditemui seorang lelaki dan perempuan, berbusana kebesaran seperti raja dan ratu. Aku menatap mereka satu persatu sambil menyambut dan menjabat tangan mereka berdua. Aku mencari tempat yang nyaman untuk bicara dengan mereka, selembar kain yang cukup lebar terhampar di atas tanah bebatuan yang aku pijak cukup untuk dijadikan alas bagiku dan kedua tamuku.
"Ayo, kita duduk disini saja", kataku sambil mempersilahkan mereka duduk.
 "Maaf, kalian ini siapa?" Tanyaku.
Lelaki dengan mahkota di kepalanya dan wajah yang mirip orang India itu bersuara, "Aku adalah Raja dan ini permaisuriku".
"Oh", jawabku singkat.
Raja itu melanjutkan bicaranya," Aku datang dengan istriku untuk menceritakan pengalaman hidupku agar kamu sampaikan kepada semua sahabat-sahabatmu yang saat ini masih hidup".
Aku tersenyum, "Silahkan, aku akan mendengarkan".
"Dahulu sekali, aku terlahir sudah menjadi keluarga kerajaan, seluruh rakyat menyembah kepada Rajanya secara turun temurun. Hingga akhirnya aku juga menjadi Raja menggantikan ayahandaku. Seperti biasa seluruh rakyatku bila ingin datang menemuiku, mereka harus menyembah dan mencium kakiku termasuk pengawal dan semua yang ada di istana. Begitu pula dengan istriku yang menjadi permaisuri".
Raja itu menghela nafas dan kembali bercerita, "Hingga pada suatu hari, seorang budak datang untuk menemuiku, budak ini langsung menghampiriku dan bersujud di kakiku, tapi dia tidak mencium kakiku, kedua telapak tangannya diletakkan di atas kakiku dan dia mencium tangannya sendiri, aku menjadi murka, kusuruh pengawal menyeret budak itu keluar dan menghukum mati dirinya, budak itu telah menghinaku".
" Pada malam harinya aku bermaksud untuk berkeliling dan mengamati keliling istana. Ntah kenapa tiba-tiba dari atas teras istana, tubuhku jatuh deras ke bawah yang terdapat banyak batu-batuan yang runcing. Aku terjatuh dengan kaki dan tangan jatuh terlebih dulu, hingga kedua kakiku patah dan remuk juga kedua tanganku. Aku berteriak kesakitan dan tak sadarkan diri.
"Dalam keadaan tidak sadarkan diri, aku sering mendengar suara yang berbicara padaku yang mengatakan bahwa, aku bukan Tuhan, aku hanyalah manusia biasa yang derajatku sama dengan rakyatku, tak seharusnya aku bersikap kejam dan menTuhankan diriku sendiri, karena seluruh manusia dan semua yang ada di bumi ini adalah milik Tuhan termasuk istana dan isinya. Tuhan telah menghukumku dengan membuat diriku tak lagi memiliki kaki yang selalu dicium ketika semua orang yang menurutku derajatnya di bawahku menyembahku".
"Berapa minggu kemudian aku sadarkan diri dan mendapati diriku sudah kehilangan kaki dan tanganku, tapi aku sudah tidak ingin menangis atau menyesali lagi apa yang telah menimpa diriku, kutinggalkan istana dengan gerobak kecil yang didorong istriku, seluruh harta bahkan pakaian kebesaranku aku tinggalkan. Aku mengemis bila aku lapar selama di perjalanan, tak jarang aku diludahi oleh rakyatku sendiri karena mereka hanya melihat seorang lelaki cacat yang berpakaian kumal dan ditemani seorang perempuan yang juga berpakaian sama seperti mereka".
"Hingga aku menemukan tempat untuk tinggal di pinggiran sungai yang sangat besar, jernih dan sejuk. Hutan di dekat sungai itulah aku banyak menyampaikan pesan Tuhan kepada istriku tentang apa yang aku alami di saat aku tidak sadarkan diri".
"Hari berganti hari, istriku terus mendampingku dan hingga akupun meninggal dunia, pesanku kepadanya agar dia kembali ke istana dan menyampaikan agar siapapun yang menjadi Raja tidak lagi diperkenankan untuk disembah apalagi sampai mencium kakinya, meskipun dia seorang raja".
Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, kulirik permaisuri cantik di sebelahku yang hendak melanjutkan cerita suami tercintanya, dia membetulkan duduknya, "Sejak suamiku meninggal dunia, aku melarungkan mayatnya di sungai itu, aku sangat mencintainya, apalagi sejak dia banyak mengajarkan aku tentang Tuhan."
"Aku kembali ke istana yang sudah lama aku tinggalkan, ternyata belum ada seorangpun yang menggantinya sebagai Raja, dan pada saat itu Paman Patihlah yang menggantikannya meski beliau sudah sangat tua".
"Akhirnya aku menggantikan suamiku dan menjadi Ratu. Sejak saat itu, aku tak pernah lagi duduk di atas kursi raja, tapi ruang tamu aku buat dengan kursi yang sama rendahnya, dan tamu-tamuku tak lagi duduk bersimpuh di bawah, sementara aku di atasnya tapi semua harus duduk di kursi".
"Pengawal istana ataupun dayang tak lagi bekerja menjaga istana seharian. mereka berjaga secara bergantian, selebihnya mereka bekerja sendiri untuk keluarganya dengan menjadi petani atau peternak".
 "Upeti atau pajak aku minta tidak lagi dibayar dengan memaksa tapi dengan keikhlasan rakyat sendiri".
"Istana yang semula sering disatroni pencuri, sejak itu tidak pernah ada lagi, karena aku tak pernah mengenakan perhiasan, ataupun pakaian kebesaran layaknya seorang Ratu, istanaku aman karena dijaga secara suka rela oleh rakyatku".
"Pada hari-hari tertentu aku mengajak mereka untuk mengenal Tuhan, dengan melakukan kebaikan, menyayangi sesama dan juga semua makhluk ciptaan Tuhan, aku memberi contoh kepada mereka untuk menyayangi binatang, seringkali aku memandikan sapi di sungai tempat aku dan suamiku pernah tinggal".
"Aku tidak mengizinkan mereka membunuh binatang yang tak berdosa, aku minta mereka untuk memakan hasil dari ternak itu saja seperti susu yang diolah menjadi makanan".
"Aku diberi umur lebih lama dari suamiku, aku masih hidup hingga 50 tahun sejak kematiannya dan aku bisa melihat bagaimana rakyatku lebih mengenal dan meyakini adanya Tuhan dan menjaga kasih sayang di antara sesama karena sesungguhnya derajat manusia di mata Tuhan sama. Kuminta kepada rakyatku juga memelihara alam agar selalu terjaga kelestariannya seperti yang diajarkan suamiku".
"Hingga saat ini sungai itu masih dijadikan tempat bagi rakyat di negeriku untuk melakukan upacara-upacara keagamaan dan untuk mengenang diriku dan suamiku, meski aku tak pernah meminta mereka untuk seperti itu".
"Bagiku semua manusia itu hanyalah berbuat kebaikan untuk Tuhannya, menjaga segala ciptaanNYA sama dengan menjaga hatinya".
"Tuhan itu Maha Adil dan Maha Bijaksana, aku bersyukur telah diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dan kesalahan yang telah dilakukan suamiku dan juga leluhurnya untuk mengingat bahwa Tuhanlah yang mengatur segala kehidupan manusia di dunia dan Tuhan tidak pernah membeda-bedakan, meskipun demikian masing-masing manusia memiliki perannya sendiri-sendiri, apakah dirinya menjadi pemimpin atau orang yang dipimpin".
"Seorang pemimpin sudah sepatutnya untuk menjaga perbuatan dan perkataannya agar rakyatnya tidak kebingungan bahkan ketakutan, seorang pemimpin harus bijaksana dan adil karena amanah".
"Tuhanlah yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin maka seharusnya pemimpin ini harus memimpin sesuai dengan ajaran-ajarannya dan mengajak semua rakyatnya untuk mengenal dan menemukan Tuhan, agar dirinya beserta rakyatnya senantiasa dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa"
Cerita mereka usai sudah, aku mengucapkan terimakasih atas kehadiran mereka, Raja dan Ratu yang menjadi saksi atas Kuasanya Tuhan. Terimakasih sahabatku terkasih
Salam damai sahabatku, kasihku untukmu semua
Tiada satupun manusia yang bisa menjadi Tuhan dan bila ada manusia yang berusaha untuk mengingkariNYA, maka seketika Tuhan akan mengingatkan hamba-hambaNYA. Allah Maha Pengasih dan Penyayang juga Maha Pemaaf, selalu ada hikmah dari setiap peristiwa
Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba yang beriman hanya kepada Allah semata. Amin.

1 komentar: