Minggu, 06 Maret 2011

Pesan Dari Soeharto

Takdir itu kehendak Allah dan takdir tidak pernah salah, kalau belum berusaha terus menyatakan gagal dan dibilang takdir, ini jelas keliru. Karena yang dinilai dalam hidup kita adalah usahanya, kalau tidak berusaha apa2 terus menyerah itu namanya malas...Allah menyukai hambanya yang selalu berniat untuk melakukan kebaikan dan berusaha untuk mewujudkannya.

Maha suci Allah, pengalaman gaibku kali ini ketika aku bertemu dengan seorang yang pernah menjadi pemimpin dinegeriku tercinta ini. Jujur aku tak banyak mengenal sosoknya yang cukup terkenal, kharismatik, murah senyum, maksudnya aku cuma kenal di TV aja. Beliau menjadi pemimpin Indonesia ke-2 dan cukup lama memimpin negeri ini yang dikenal dengan rencana-rencana pembangunannya yang lebih dikenal dengan istilah Repelita atau Pelita.

Pria berlatar belakang militer ini akhirnya mampu menjadi pemimpin dinegeriku selama lebih dari 30 tahun, sejak aku lahir, dia sudah jadi presiden hingga aku menikah dan anak pertamaku lahir.

Sayangnya sesuatu terjadi kepadanya, hingga dirinya terpaksa harus mundur dari jabatannya karena dianggap telah menjadikan negeri ini sebagai negeri yang penuh KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Yang pasti pemerintahan pemimpin ini harus diakhiri ketika demostrasi yang banyak menelan korban jiwa dikalangan mahasiswa membuatnya harus menyerah dan memilihnya untuk mundur agar tidak banyak terjadi pertumpahan darah antara rakyat dan aparat.

Tak berapa lama setelah dirinya tak lagi menjabat sebagai pemimpin, pria inipun meninggal dunia. Selesai...

Oh ternyata tidak, ntah apa yang membuat dirinya menemuiku dan ingin aku menyampaikan pesannya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang dicintainya dan meminta maaf kalaulah pertikaian yang terjadi dinegeri ini dianggap dirinya yang memulai.Aku menuliskannya dalam bentuk tanya jawab:



Aku bertanya padanya," Kenapa dirimu dianggap sebagai seorang yang korup, berarti kamu orang kaya, punya banyak rumah, banyak harta karun , banyak semuanya yang tentunya kamu ambil dari uang rakyat?"



Dia menjawab," Aku tidak punya apa-apa, dulu aku membeli tanah dijalan Cendana Jakarta yang pada saat itu masih merupakan rawa-rawa, itu uang hasil tabunganku dan istriku yang kami kumpulkan bersama-sama sedikit demi sedikit, termasuk kami menjual rumah dan tanah di Jogya, kemudian kami membangun rumah sebagai tempat tinggal kami untuk membesarkan anak-anak kami. Aku tinggal disana hingga akhir hayatku karena aku tidak memiliki tempat tinggal lagi"." Aku hidup hanya dari gajiku saja dan aku tidak pernah berusaha untuk menjadi pedagang atau membuat usaha lain tapi sejak anak-anakku mulai menginjak dewasa mereka mencari nafkah sendiri-sendiri dan terkadang anak-anakku membantuku, meski sekedar membetulkan rumah tempat tinggal kami yang mulai rusak karena usia".



Aku bertanya lagi," Kenapa anda dinilai diktator, partai politiknya cuma ada tiga, tidak boleh ada agama lain selain Islam, Kristen, Budha dan Hindu, bahkan banyak sekali kebijakan anda yang dianggap terlalu mengekang kebebasan masyarakat yang katanya demokratis?'



Pria ini tersenyum dan menjelaskan," Benar aku memang tegas kepada rakyatku, semata aku tidak ingin adanya perpecahan, kerusuhan dan pertikaian antar agama,antar etnis. Aku memang harus menunjukkan kepada rakyatku, bahwa aku tidak akan pernah mentolerir apapun bentuk-bentuk kekerasan yang akan mengakibatkan terjadi perpecahan. Aku hanya mengijinkan ada 3 partai politik PPP karena aku sadar dinegeriku mayoritas masyarakatnya beragama Islam termasuk diriku, kemudian PDI sebagai bentuk penghormatanku kepada pemimpin sebelum aku, Kemudian Golkar yang aku harapkan partai ini mampu mengakomodasi semua perbedaan yang ada ditanah airku tanpa memandang perbedaan agama, suku, bahasa, ras ataupun budaya. Aku tidak mau terlalu banyak perbedaan karena akan mengakibatkan pertikaian, masing-masing partai pasti akan membuat hal-hal yang membuat partai satu dan yang lain bertikai karena sama-sama mempertahankan idealisme mereka dan bagiku itu tidak penting. Begitu pula dengan agama, hanya agama yang menunjukkan masyarakatku mempercayai adanya Tuhan dan mereka bisa hidup rukun, saling menghormati satu sama lain. Aku tidak mengijinkan agama yang tidak menyembah kepada Tuhan karena aku tahu itu salah.

"Aku seorang pemimpin maka aku harus bersikap seperti pemimpin, aku mengibaratkan rakyatku adalah anak-anakku, kalau mereka melakukan hal mengakibatkan antara sesama saudaranya bermusuhan maka aku harus menghukumnya. Tapi aku juga memberikan penghargaan kepada siapapun yang telah melakukan sesuatu yang yang bermanfaat bagi negeri".

" Tapi aku tidak pernah menyadari bahwa banyak sekali orang-orang atau bahkan keluargaku sendiri memanfaat nama besarku sebagai pemimpin, hingga akulah yang harus mempertanggung jawabkan semua karena akulah yang memimpin".

" Aku berharap negeriku kembali aman, damai dan sentosa, hidup rukun satu sama lain dan saling mengasihi. Aku hanyalah manusia biasa yang banyak sekali kekuranganku, sempat aku mencari siapakah orang yang bisa menggantikan aku dan dirinya seorang yang mau memikul amanah sebagai seorang pemimpin untuk menggantikanku, tapi aku tak pernah menemukannya hingga aku dipanggil olehNYA"



Aku bertanya masalah pribadinya dengan istrinya," Terlihatnya anda pria yang setia anda hanya memiliki satu istri dan anda tidak menikah lagi setelahnya, apakah anda mencintainya dan apakah sudah betemu saat ini ketika kalian sudah sama-sama tiada?"



Pria itu menjawab sambil berkaca-kaca," Aku sangat mencintainya, hanya dialah perempuan yang paling aku cintai, sering aku menungguinya berdandan dengan pakaian Nasional kebaya, meski lama, tapi dia selalu tepat waktu. Aku tak pernah bosan menatapnya, dia begitu keibuan dan selalu mengerti akan diriku". " Usianya memang lebih tua dariku, tapi aku sangat menyayanginya, tak pernah aku melihatnya sedih dan tak pernah dia mengeluarkan kata-kata yang buruk, kalau dia sedang marah dia pasti memilih untuk berkebun, dan apapun yang ditanamnya pasti tumbuh dengan subur dan aku tahu karena dia melakukannya dengan ketulusan"." Aku tak sempat membahagiakannya, aku tak sempat membelikannya sesuatu yang diinginkannya sebuah kursi roda yang bisa berjalan sendiri tanpa didorong karena dia telah dipanggil terlebih dahulu, aku berharap segera dipertemukan kembali dengannya setelah tugasku selesai nanti".



Baiklah sahabatku, begitulah kisah seorang yang pernah menjadi pemimpin dinegeri ini, yang terkenal juga dengan istilah " Mikul Nduwur, Mendem Njero" yang artinya menjunjung tinggi kepentingan bersama dan mengesampingkan kepentingan pribadi, karena kalau ingin menjadi negara yang maju janganlah mengungkap kekurangan(aib) di negerinya sendiri. Menghormati pemimpin adalah merupakan Iman kita kepadaNYA, Seperti dikatakan " Taatilah Tuhanmu, Taatilah Rasul2NYA dan taatilah pemimpinmu"..

Sahabatku terkasih, kini sosok yang selalu tersenyum ini telah tiada dan seiring kepergiannya, berganti-ganti pemimpin yang dianggap lebih baik dari padanya ternyata juga tidak lebih baik, karena pemimpin itu juga manusia biasa. Kita hormati jasa-jasanya yang telah memimpin negeri kita secara adil dan bijaksana. Maafkanlah apa yg dianggap kesalahannya dan semoga kita menemukan pemimpin yang benar-benar amanah, adil dan bijaksana..



Maha suci Allah,

Salam damai sahabatku, kasihku untukmu semua

Seorang yang selalu melakukan kebaikan karena TUhannya dan tidak sombong , dirinya akan mendapat kemudahan dari Allah untuk memperbaiki kesalahannya meski dia telah tiada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar